Sabtu, 19 Januari 2013

Dayak Jagoi

Wilayah penyebaran Dayak Jagoi,
terdapat di lima kampung dalam
Kecamatan Jagoi Babang. Kelima
kampung tersebut adalah Kampung
Jagoi Babang, Jagoi Take’, Jagoi Sijaro, Jagoi Kindau, dan Jagoi Belida’. Bahasa Bidayuh bukanlah bahasa yang
homogen tetapi masih terdiri dari
beberapa bahasa lagi dengan tingkat
kesepahaman yang berbeda. Kelompok
suku Dayak Jagoi ini menurut sensus
tahun 2001 berjumlah 3.305 jiwa yang terdiri dari 703 kepala keluarga. Menurut penuturan para informan dan
hasil penyelidikan para peneliti
terdahulu, dipercayai bahwa orang Jagoi
merupakan penduduk asli tertua yang
menghuni Perkampungan Jagoi
sekarang ini. Sejarah mengenai asal- usul Dayak Jagoi agak sukar diketahui
dengan pasti karena hanya ada dua
sumber yang dapat menjelaskan
tentang asal-usul nenek moyang
mereka. Keterangan informan pun
hanya menjelaskan bahwa nenek moyang mereka dulunya berasal dari
wilayah pegunungan sekitar Jagoi.
Letaknya ke arah barat dari Kampung
Jagoi sekarang ini, yaitu di pegunungan
yang membatasi wilayah Sarawak dan Kalimantan Barat. Jagoi Babang artinya
‘ayam jantan’ atau ’ayam jago’. Istilah ini dipakai untuk menyebut orang
Jagoi sebagai orang yang perkasa.
Memang dalam sejarahnya, suku Jagoi
termasuk suku yang tangguh terutama
dalam menghadapi musuh mereka pada
zaman dulu. Pada mulanya, Kampung Jagoi terletak agak ke dalam di dataran
tinggi (sekarang tempat ini telah
menjadi tembawang). Mereka kemudian
berpindah agak ke bawah, tempat
kampung mereka sekarang. Suku Dayak Jagoi termasuk ke dalam
rumpun Bidayuh. Nais (1988:46)
menjelaskan bahwa orang Bidayuh
sebelum kedatangan misionaris dari
agama Katolik Roma pada tahun 1691
pada mulanya bermukim di tepi-tepi pantai. Akan tetapi, kemudian datanglah
orang-orang Iban yang menyerang
perkampungan mereka, membunuh,
dan menjadikan mereka budak. Yang
selamat kemudian melarikan diri ke
hutan dan membuat perkampungan di puncak-puncak bukit, hulu-hulu sungai,
dan tepi-tepi jurang yang sangat sukar
didatangi oleh orang luar. Daerah
sekeliling mereka dipagar dengan
banyak jebakan untuk mengamankan
kampung mereka agar tidak mudah diserang oleh orang luar. Jadi tidak
mengherankan kalau banyak
perkampungan orang Bidayuh sekarang
ini yang terletak di kawasan
pegunungan dan dataran tinggi.

Info di sunting #

Jumat, 11 Januari 2013

Gawia Sowa 3 juli 2012 di Dsn. Jagoi Kindau

-Lihat Videonya di youtube,,,!:-)




    Gatia Sowa 3 juli 2012 di Dsn. Jagoi Kindau by Dsn.JAGOI KINDAU

Gatia Sowa 3 juli 2012 di Dsn. Jagoi Kindau, a photo by Dsn.JAGOI KINDAU on Flickr.




  • "Gawia

Sowa" menurut cerita masyarakat adat
Bidayuh yang berkembang hingga saat ini, asal muasal adat datang dari
manusia bernama Ayang dan Ajua'.
Konon Ayang dan Ajua' adalah utusan Yang Maha Kuasa dari kayangan. Dua bersaudara ini diutus untuk memberitahukan adat istiadat kepada keluarga Bidayuh Saya dan Ngo'ma dari mulai membuka ladang sampai panen.
Sejak saat itu secara turun temurun adat Gawia Sowa terus dijalankan oleh Masyarakat Adat Bidayuh Dusun Jagoi Kindau, dengan tujuan memohon berkat dan rahmat dari Yang Maha Kuasa untuk tahun yang akan datang. Selama sehari
masyarakat Jagoi Kindau merayakan Sowa. Menariknya usai melaksanakan pertunjukan ritual adat. Para penari dan tetua adat bersama tamu undangan
membaur dalam tarian penyambutan
"Sigal Sinoyan" mengelilingi pondok
bawal. Di atas bawal terdapat bermacam persembahan berupa hasil panen, makanan tradisional, daging ayam dan babi hasil peliharaan masyarakat.
 Tak ketinggalan para ibu-ibu dan tetua adat menyuguhkan
minuman tuak kepada para tamu. Hadir pada gawai ini anggota DPRD KalBar,Haritus Alexander Aris, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kab.Bengkayang Dra.Anastasia Maria, beberapa Pejabat dari Kecamatan Jaboi Babang.
Tampak beberapa tamu yang berasal dari Negara jiran Malaysia ikut meramaikan gawai. Gawia Sowa menggunakan biayadari swadaya masyarakat dan donatur dari berbagi pihak. Total dana sebesar
Rp.19.368.000,- selain sumbangan dalam bentuk materi. 3 juli 2012 Jagoi Kindau.